Sebelumnya saya mohon maaf untuk kali ini saya akan sesekali memakai kata ganti aku agar obrolan ini lebih ringan dan dekat dan juga hanya akan berupa tulisan panjang yang sedikit membosankan J.
Malam itu semakin larut
dan aku hanyut dalam ketakutan. Inspirasi ini muncul tiba-tiba memang ditengah
ketakutanku akan hilangnya suatu sistem yang sebenarnya baik dan gak melulu
bobrok. Demonstrasi atau yang umum kita sering dengar demo, apa yang ada
dibenak sobat semua tentang demo? Izinkan saya menebak : membakar ban, teriak2
gak jelas, emosi, rusuh, corat-coret, lempar batu, dan useless atau hampir gak
ada manfaatnya. Jadi wajar jika dibenak kita semua muncul pernyataan mari bubarkan
demo sekarang juga!. Gak salah memang karena saat ini kita semua menyaksikan
wujud demo beberapa tahun belakangan. Itu yang memaksa saya untuk mencoba
berteriak ditengah kebobrokan sistem yang sebenarnya tujuannya adalah mulia
ini. Saya gak bermaksud menggurui atau bertindak sok tau didalam cerita ini
karena tulisan ini murni keluar dari ketakutan saya akan hancurnya sesuatu yang
tercipta dengan sangat baik dan bertujuan mulia karena saya bukan orang yang cukup
kompeten dibidang ini.
Kita mulai dari awal dulu,
demonstrasi merupakan suatu bentuk penyampaian aspirasi atau pendapat atau
protes secara masal ataupun berkelompok kepada pihak-pihak tertentu dengan
tujuan tertentu. Kenapa si demo itu perlu? Yah itu yang negeri ini sedang
jalankan, kita sudah memilih untuk menjadi negeri yang demokratis bukan?. Sobat
semua masih ingat inti dan pokok dari pasal 28 UUD 1945? Yang berisi tentang “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Jadi demo itu adalah sah, dia
merupakan wujud yang legal dan gak bertentangan dengan UUD 1945. Tapi demo
akhir-akhir ini terlihat gak ada manfaatnya, okelah kita sama-sama cari solusi
untuk menghapuskan demo.
Aku sempat berfikir
gimana ya cara menghapuskan izin demo dari negeri ini karena lama kelamaan
lebih banyak hal buruk yang didapatkan dari pada manfaatnya? Jawabannya mudah
kita bisa lari keakarnya yaitu harus sama-sama datang ke hadapan pemerintah
terserah itu presiden atau DPR untuk meminta menghapuskan pasal 28 UUD 1945 dan
mengembalikan negeri ini menjadi era Orde Baru atau kerajaan. Yah dengan kata
lain kita harus sama-sama menuntut agar negara ini menjadi seperti Korea Utara
dan atau lainnya dimana tidak akan ada ditemukan demonstrasi untuk memprotes
kebijakan dari pemerintah yang membuat kebijakan tersebut. Kita semua bisa
hidup tenang gak akan ada kemacetan akibat demo, fasilitas umum yang rusak
akibat demo, kekotoran dan bahkan kerusuhan akibat dari kebodohan orang-orang
yang dianggap sebagian orang lainnya adalah tolol dan gak berguna sama sekali.
Sekarang kita cari isu
yang sedikit hangat, kenaikan BBM. Kita bayangkan jika ada kebijakan pemerintah
yang berkuasa secara penuh bisa merugikan sebagian rakyat, ah terlalu besar
jika memakai kata rakyat, oke kita ganti dengan merugikan dirikita masing-masing.
Contohnya kita akan lihat sisi baik dan buruknya kenaikan BBM. Sebagian dari
kita beranggapan bahwa kebijakan itu perlu dan sebagian lainnya itu tidak
perlu. Saya gak akan mendebat pada kasus ini karena fokus kita kan pada demonya
bukan kebijakannya. Lanjut lagi, kalau kita berfikir secara positif dengan
naiknya BBM selain mendapatkan tambahan APBN, kita akan lebih terdidik menjadi
warga negara yang hemat energi dan mengurangi ketergantungan energi. Disisi
lainnya memang kenaikan BBM ini akan sangat berdampak pada biaya transportasi yang
menjadi lebih mahal yang akan berdampak pada naiknya harga barang dan disusul
menurunnya tingkat daya beli masyarakat. Siapa yang akan terkena imbasnya?
jelas masyarakat dan wirausahawan kelas menengah kebawah yang berbisnis dengan
modal nekat. Jika para pemodal besar dan orang2 dengan mobil mewahnya jelas
dong naik 2000 rupiah bukan menjadi masalah. Tapi secara kasar barang dari
industri kecil yang akan naik sebesar naiknya harga BBM.
Wah lalu apa ya
solusinya? Sayangnya fokus kita bukan itu, palu sudah diketok jadi saya lebih
menyarankan untuk kita ambil sisi positifnya. Kita harus lebih hemat energi
dengan naik transportasi umum, kurangi ketergantungan energi minyak, dan mari
hidup sehat dan cerdas. Nah jadi gak ada gunanya kan orang yang berdemo? Jelas saja
gak ada gunanya karena kita masuk ke golongan yang mampu, coba jika kita
turunkan sedikit ego kita untuk menilik kepada golongan miskin yang terkena
langsung dampaknya. Apa yang akan mereka lakukan? Padahal mereka mungkin sangat
kurang tingkat pendidikan dan pemahamannya untuk melakukan hal sepintar
golongan mampu dan berpendidikan. Jadi salahkan mereka yang bertujuan membantu
golongan yang bukan golongan kita untuk bersuara dan berdemo? Jelas tidak, menurut
UUD 1945 malah disarankan, tapi akan menjadi salah jika demo yang dilakukan
melebihi dari batas dan peraturan perundang-undangan sendiri.
Saya masih sangat ingat
dengan pelatihan advokasi yang pernah saya terima selama sempat berkecimpung di
organisasi kemahasiswaan semasa kuliah dulu. Apa yang saya dapat sama sekali
gak berguna? Saya pasti menjawab tidak karena saya hanya berusaha untuk melihat
sisi positif dari kegiatan demo ini. Apapun bentuk sistem dan kegiatan hasil
dari pikiran manusia itu pasti seperti 2 sisi keping mata uang, disatu sisi ada
hal buruk yang didapat namun disisi lain ada lo manfaatnya. Hal baik lebih
mudah muncul dari sisi kita sebagai pelaku namun hal buruk adalah orang lain
yang menilainya. Alangkah bijaksananya kita jika kita termasuk orang yang
selalu berfikir obyektif dengan selalu melihat sesuatu dari dua sisi yang
berbeda. Ok skrg saya akan mencoba lari keakar permasalahan ini. Saya bukan
mencoba membela oknum yang tidak bertanggung jawab itu yang selalu merusak
citra demo itu sendiri namun saya akan mencoba mencari jawaban atas ketakutan
saya mengapa ini semua bisa terjadi.
Kenapa si demo muncul?
kita ambil contoh dulu, jika sobat tinggal di Inggris, Ratu Elizabeth mengeluarkan
peraturan bahwa sobat harus membayar pajak sebesar 75% dari penghasilan sobat demi
menyelamatkan Keuangan Negara padahal nyata2 uang itu dipergunakan bukan untuk
kepentingan rakyat tapi golongan tertentu dan itu sangat memberatkan sobat dan
keluarga sobat, apa sobat akan memilih untuk diam dan berpikir yah sudah jalani
ikhlaskan saja?. Apa yang sobat butuhkan saat itu? Berbicara dengan ratu Elizabeth
dan meminta beliau membatalkan kebijakan itu karena hal itu sangat memberatkan bukan?.
Lalu saya bertanya bagaimana bisa kita bertemu langsung dengan Ratu Elizabeth
padahal kita bukan siapa2, kita kaum lusuh, miskin, dan kurang berpendidikan
bisa berbuat apa selain menangis kelaparan?. Caranya yaitu dengan demonstrasi.
Ya, dari contoh diatas
demo itu bisa dikatakan terkadang adalah perlu untuk sebagian sobat yang menjadi
kelompok yang jelas-jelas menjadi imbas dari ketidakadilan. Lalu
ditengah-tengah permasalahan itu ada sekelompok orang yang bertujuan mau datang
dan mendengarkan keluhan sobat. Lalu orang-orang tersebut menyampaikan lewat
demo kemudian Ratu mendengar keluhan dari sobat dan atau bertemu dengan Ratu
Elizabeth untuk mendengarkan pendapat kelompok sobat tersebut sehingga pendapat
sobat tersebut menjadi bahan perimbangan untuk menentukan kebijakan baru,
apakah menurut sobat usaha orang yang mencoba menbantu tersebut adalah salah? Jelas
itu tidak selamanya salah bukan. Tapi pasti ada sekelompok lain yang bertentangan
dengan sobat yaitu mereka yang akan dirugikan jika Ratu Elizabeth membatalkan
kewajiban pajak 75%. Begitulah resiko menjadi negeri yang demokratis J.
Baiklah sekarang kita ambil beberapa poin dari cerita diatas
yaitu :
“Dari sumber menghasilkan
masalah, dari masalah mengakibatkan adanya protes, protes menghasilkan adanya
solusi, dari solusi pasti ada langkah dan tindakan, yang tindakan tersebut
dapat menyebabkan adanya perubahan pada sumber sehingga masalah akan
terselesaikan atau sebaliknya bahkan bertambah”.
Jika kita aplikasikan :
“Kebijakan adalah sumber,
kebijakan itu pasti ada sesuatu yang merugikan untuk sekelompok atau semua
orang, yang kemudian sekelompok orang itu melakukan penyampaian pendapat atau
protes baik secara langsung sendiri atau dengan bantuan orang-orang yang peduli
dan atau berkepentingan didalamnya, pembuat kebijakan akan mendengar protes,
protes yang datang menghadirkan solusi baru, solusi baru mempengaruhi keputusan
pada penetapan kebijakan, terakhir kebijakan bisa diubah atau tidak. Peran demo
disini berada diantara kebijakan dan hasil/keputusan.”
Sehingga demo berperan
penting dalam penetapan kebijakan karena hanya lewat demo-lah sekelompok orang yang
bukan siapa-siapa itu bisa mengeluarkan pendapatnya dan dapat didengar oleh
pembuat kebijakan sehingga jelas mempengaruhi kebijakan tersebut.
Jadi didalam kegiatan
bodoh yang disebut demo yang tidak ada gunanya itulah sebenarnya peran semua
kalangan bisa masuk. Bukan hanya pemerintah sebagai pembuat kebijakan sendiri
tapi proses pengawasan dari masyarakat harus berjalan jika ingin keadilan dan
kebajikan atas setiap kebijakan itu tersampaikan kesemua masyarakat. Demo harus
memiliki alur kerja yang jelas, karena dia bertindak sebagai protes yang harus
berisi solusi dan memiliki tindakan yang nyata dan jelas guna kebaikan bersama.
Demo bukan kegiatan anarkis yang serta merta dan sekonyong-konyong hadir tanpa
memiliki tujuan.
Saya ingat semasa kuliah
dulu, ada banyak langkah yang kami lakukan sebelum demo itu patut atau tidaknya
dilaksanakan.
Pertama, adanya kebijakan
baru yang menimbulkan masalah. Kedua, masalah atau isu tersebut kemudian kami
sebar ke kalangan mahasiswa lain untuk menanyakan apakah kebijakan itu baik
atau tidak, kemudian hasil aspirasi yang masuk ditampung menjadi satu dan
digodok dalam suatu kelompok kecil apa si kurang dan lebihnya kebijakan
tersebut, apa solusinya jika memang itu perlu dirubah?. Ketiga, jika dinyatakan
patut untuk disampaikan, kemudian berangkat ke jajak pendapat melalui kelompok
yang lebih besar dengan mengundang seluruh kalangan, disini pendapat para ahli dan
banyak kalangan akan lebih banyak didapat, debat ini akan menentukan layak atau
tidaknya demo ini terlaksana. Keempat, penetapan kepanitiaan, ada yang bertugas
menyebarkan isu kembali kemasyarakat untuk menarik massa. Ada yang bertugas
mencari anggaran, susah kan? Malah terkadang ada lo beberapa demonstrasi yang
anggarannya benar-benar berasal dari kantong mereka sendiri secara sukarela,
jadi gak semua mahasiswa demo itu tujuannya buruk kok, kalau sobat coba
pikirkan apa sih gunanya untuk mereka sudah panas, haus, lapar, masih disuruh
bayar?. Selain itu ada juga yang bertugas mengurus perizinan, ada yang bertugas
sebagai konsumsi, ada yang bertugas sebagai kebersihan, layaknya suatu
organisasi atau event dilaksanakan. Yang paling penting adalah ada yang
bertugas sebagai ketua dan juru bicara dalam demo itu sendiri.
Ya itu persis dengan
suatu organisasi atau pelaksanaan event memang. Banyak hal buruk yang bisa
masuk kedalam proses panjang yang mencoba menggodok patut atau tidaknya protes
itu dilaksanakan melalui sebuah demo!. Tapi sebaliknya, jika demo itu terlaksana
dengan baik sehingga didengar oleh pembuat kebijakan dan dapat menjadi suatu
solusi dan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas bukankan itu adalah suatu hal
yang sangat bermanfaat?. Ah organisasi lagi, mahasiswa lagi, buktinya mereka
mempertontonkan demo yang anarkis dan seperti tidak berpendidikan?. Itu bukan
demonstrasi, itu kegiatan anarkis dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Dan itu
bukan sepenuhnya kesalahan mereka, kita ikut andil didalamnya teman, larinya kita
semua orang2 cerdas yang peduli terhadap masyarakat ini yang menjadikan ruang
itu sekarang bersisa sekumpulan oknum muda yang pintar namun mudah tersulut
emosi. Jajak pendapat sebelum dilangsungkannya demo hanya bersisa orang-orang
kalangan kecil dan syarat akan kepentingan politis sekolompok lainnya sehingga
terlaksananya demo akan lebih mudah menjadi kata sepakat tanpa ada oposisi.
Intinya mudah terlaksananya demo yang asal demo J.
Padahal melaksanakan demonstrasi
itu sangatlah tidak mudah. Satu yang masih membuat saya penasaran sampai saat
ini adalah metode demonstrasi bersih dan sangat rapi jauh dari kerusuhan yang
selalu dilakukan oleh salah satu partai putih yang sedang terkena kasus korupsi
daging berjamaah. Itu salah satu contoh demo yang baik menurut pendapat saya,
tapi jangan ikutan andil didalam dagingnya ya?. Sebenarnya ada beberapa
kemungkinan dalam demonstrasi.
Pertama, saat orasi, jika
pembuat kebijakan sensitif dan peka biasanya ada yang langsung dipanggillah
juru bicara dan ketua demo itu untuk masuk dan duduk bersama dimeja, menerima
aspirasinya, kemudian massa akan membubarkan diri dengan rapi. Kedua : saat
orasi mereka tidak didengarkan oleh pembuat kebijakan terkadang strategi ini
memang diambil yaitu “saling dorong” dengan petugas keamanan. Eits, jangan
dianggap ini anarkis, ini bukan kekerasan, saling dorongnya pun ada teknik
khusus agar tidak menciderai kedua belah pihak, kemanannya pun seharusnya sudah
sangat tahu teknik ini karena sudah biasa dipakai memang untuk memaksa pembuat
kebijakan segera mengambil keputusan untuk memanggil ketua dan juru bicara
demonstrasi sendiri untuk masuk dan berdiskusi selanjutnya mereka membubarkan
diri.
Sejauh yang saya ketahui,
demo itu ada rule dan sopan santunnya. Kerasnya pun layaknya olahraga ekstrim,
ada teknik khusus karena yang harus kita ingat, demo itu kan wujud protes yang
akan memberikan solusi, tidak ada acara lempar batu, merobohkan pagar, merusak
fasilitas umum, atau memblokir jalan raya. Saya pernah dengar memang ada
sebagian strategi yang memperkenankan pendemo melakukan kekerasan yang sedikit
ekstrim, tujuannya adalah sama yaitu menekan pembuat kebijakan agar memanggil
juru bicara mereka agar dapat berdiskusi dan menyampaikan aspirasinya secara
langsung, tapi saya salah satu yang ikut menentang strategi ini.
Banyaknya orang memang
menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan demonstrasi. Akan sangat banyak
sekali celah untuk oknum tidak bertanggung jawab yang dapat masuk kedalam
barisan dan menjadi otak dari kerusuhan. Satu saja orang masuk dalam barisan
dan semisalnya berteriak kasar dan melempar batu bisa memecahkan kerusuhan yang
besar dikelompok itu. Karena saat-saat demonstrasi adalah saat-saat kristis dan
underkontrol karena setiap individu sedang berada didalam titik nadir dari puncak
emosi. Panas terik matahari, lapar, dan dahaga, apalagi mereka muda, membuat
sedikit saja ada cela dari oknum diluar kegiatan yang sengaja membuat rusuh
dapat menyulut emosi semuanya. Nah kan, jadi kok semakin gak perlu saja
kegiatan ini?. Lalu gimana cara mengatasinya? Umumnya untuk kelompok cerdas
yang tertib saat berdemo selalu menugaskan beberapa tim keamanan untuk menjadi
pengawas selama demo berlangsung. Tujuannya apa? Dia akan terus memperhatikan anggotanya.
Jangan sampai ada oknum yang tidak berkepentingan masuk kedalam rombongan dan
menjadi otak dari kerusuhan. Mudahnya mereka akan membawa tali rafia
mengikatkan keliling rombongan supaya jika ada yang ingin masuk dari luar mereka
segera menyadarinya.
Ketakutan saya lantas
semakin terfokus pada kehilangan orang-orang yang sangat berperan penting demi
negara ini. Orang-orang cerdas, memiliki pengetahuan yang luas, oyektif,
memiliki kontrol emosi yang baik, dan peduli terhadap kemaslahatan orang lain
menjadi semakin lari jauh dan memendam benci atas demonstrasi. Padahal yang akan
menentukan layak atau tidaknya sesuatu itu untuk diangkat menjadi demo itu
adalah forum besar dan pendapat dari mereka. Saat kita semua mulai apatis dan
kurang peduli ini lah yang sangat saya takutkan. Kita akan lari jauh dan menyisakan
orang-orang yang kurang peduli, orang pintar tapi memiliki ego serta kurang
dapat mengontrol emosi didalam pelaksanaan kegiatan ini.
Sisalah kegiatan ini
menjadi layaknya suatu event untuk pemuasan hasrat sekelompok orang saja. Padahal
jika kita coba perhatikan, sebagian pejabat tinggi kita berasal dari sekelompok
orang-orang itu yang selalu memperjuangkan aspirasi rakyat kecil dan lebih dekat
dengan mereka. Saya takut kehilangan peran kita semua sobat, saya takut jika kita
semua terus diam, tidak peduli dan apatis terhadap kegiatan ini maka tinggalah
orang-orang sangat pintar namun kurang bertanggung jawab yang akan terus menguasai
panggung reformasi itu. Saya tidak meminta diri saya dan sobat untuk ikut
berdemo secara radikal dan diluar batas. Tidak meninggalkan tujuan utama kita
untuk kuliah dan berprestasi untuk negeri. Hanya saja mari mencoba berbicara dan
mendekat kepada mereka (para pendemo radikal) dan kita kalahkan argumen mereka.
Argumen yang digunakannya untuk dapat mengangkat setiap masalah dari suatu kebijakan
menjadi layak untuk ditunjukkan pada panggung reformasi. Terakhir mari kita bangkit
untuk bubarkan demonstrasi! *Jika memang itu layak :)
Sekian dan salam.
No comments:
Post a Comment