Tuesday, June 18, 2013

Bubarkan Demo Sekarang Juga!


Sebelumnya saya mohon maaf untuk kali ini saya akan sesekali memakai kata ganti aku agar obrolan ini lebih ringan dan dekat dan juga hanya akan berupa tulisan panjang yang sedikit membosankan J.

Malam itu semakin larut dan aku hanyut dalam ketakutan. Inspirasi ini muncul tiba-tiba memang ditengah ketakutanku akan hilangnya suatu sistem yang sebenarnya baik dan gak melulu bobrok. Demonstrasi atau yang umum kita sering dengar demo, apa yang ada dibenak sobat semua tentang demo? Izinkan saya menebak : membakar ban, teriak2 gak jelas, emosi, rusuh, corat-coret, lempar batu, dan useless atau hampir gak ada manfaatnya. Jadi wajar jika dibenak kita semua muncul pernyataan mari bubarkan demo sekarang juga!. Gak salah memang karena saat ini kita semua menyaksikan wujud demo beberapa tahun belakangan. Itu yang memaksa saya untuk mencoba berteriak ditengah kebobrokan sistem yang sebenarnya tujuannya adalah mulia ini. Saya gak bermaksud menggurui atau bertindak sok tau didalam cerita ini karena tulisan ini murni keluar dari ketakutan saya akan hancurnya sesuatu yang tercipta dengan sangat baik dan bertujuan mulia karena saya bukan orang yang cukup kompeten dibidang ini.


Kita mulai dari awal dulu, demonstrasi merupakan suatu bentuk penyampaian aspirasi atau pendapat atau protes secara masal ataupun berkelompok kepada pihak-pihak tertentu dengan tujuan tertentu. Kenapa si demo itu perlu? Yah itu yang negeri ini sedang jalankan, kita sudah memilih untuk menjadi negeri yang demokratis bukan?. Sobat semua masih ingat inti dan pokok dari pasal 28 UUD 1945? Yang berisi tentang “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Jadi demo itu adalah sah, dia merupakan wujud yang legal dan gak bertentangan dengan UUD 1945. Tapi demo akhir-akhir ini terlihat gak ada manfaatnya, okelah kita sama-sama cari solusi untuk menghapuskan demo.


Aku sempat berfikir gimana ya cara menghapuskan izin demo dari negeri ini karena lama kelamaan lebih banyak hal buruk yang didapatkan dari pada manfaatnya? Jawabannya mudah kita bisa lari keakarnya yaitu harus sama-sama datang ke hadapan pemerintah terserah itu presiden atau DPR untuk meminta menghapuskan pasal 28 UUD 1945 dan mengembalikan negeri ini menjadi era Orde Baru atau kerajaan. Yah dengan kata lain kita harus sama-sama menuntut agar negara ini menjadi seperti Korea Utara dan atau lainnya dimana tidak akan ada ditemukan demonstrasi untuk memprotes kebijakan dari pemerintah yang membuat kebijakan tersebut. Kita semua bisa hidup tenang gak akan ada kemacetan akibat demo, fasilitas umum yang rusak akibat demo, kekotoran dan bahkan kerusuhan akibat dari kebodohan orang-orang yang dianggap sebagian orang lainnya adalah tolol dan gak berguna sama sekali.

Sekarang kita cari isu yang sedikit hangat, kenaikan BBM. Kita bayangkan jika ada kebijakan pemerintah yang berkuasa secara penuh bisa merugikan sebagian rakyat, ah terlalu besar jika memakai kata rakyat, oke kita ganti dengan merugikan dirikita masing-masing. Contohnya kita akan lihat sisi baik dan buruknya kenaikan BBM. Sebagian dari kita beranggapan bahwa kebijakan itu perlu dan sebagian lainnya itu tidak perlu. Saya gak akan mendebat pada kasus ini karena fokus kita kan pada demonya bukan kebijakannya. Lanjut lagi, kalau kita berfikir secara positif dengan naiknya BBM selain mendapatkan tambahan APBN, kita akan lebih terdidik menjadi warga negara yang hemat energi dan mengurangi ketergantungan energi. Disisi lainnya memang kenaikan BBM ini akan sangat berdampak pada biaya transportasi yang menjadi lebih mahal yang akan berdampak pada naiknya harga barang dan disusul menurunnya tingkat daya beli masyarakat. Siapa yang akan terkena imbasnya? jelas masyarakat dan wirausahawan kelas menengah kebawah yang berbisnis dengan modal nekat. Jika para pemodal besar dan orang2 dengan mobil mewahnya jelas dong naik 2000 rupiah bukan menjadi masalah. Tapi secara kasar barang dari industri kecil yang akan naik sebesar naiknya harga BBM.

Wah lalu apa ya solusinya? Sayangnya fokus kita bukan itu, palu sudah diketok jadi saya lebih menyarankan untuk kita ambil sisi positifnya. Kita harus lebih hemat energi dengan naik transportasi umum, kurangi ketergantungan energi minyak, dan mari hidup sehat dan cerdas. Nah jadi gak ada gunanya kan orang yang berdemo? Jelas saja gak ada gunanya karena kita masuk ke golongan yang mampu, coba jika kita turunkan sedikit ego kita untuk menilik kepada golongan miskin yang terkena langsung dampaknya. Apa yang akan mereka lakukan? Padahal mereka mungkin sangat kurang tingkat pendidikan dan pemahamannya untuk melakukan hal sepintar golongan mampu dan berpendidikan. Jadi salahkan mereka yang bertujuan membantu golongan yang bukan golongan kita untuk bersuara dan berdemo? Jelas tidak, menurut UUD 1945 malah disarankan, tapi akan menjadi salah jika demo yang dilakukan melebihi dari batas dan peraturan perundang-undangan sendiri.

Saya masih sangat ingat dengan pelatihan advokasi yang pernah saya terima selama sempat berkecimpung di organisasi kemahasiswaan semasa kuliah dulu. Apa yang saya dapat sama sekali gak berguna? Saya pasti menjawab tidak karena saya hanya berusaha untuk melihat sisi positif dari kegiatan demo ini. Apapun bentuk sistem dan kegiatan hasil dari pikiran manusia itu pasti seperti 2 sisi keping mata uang, disatu sisi ada hal buruk yang didapat namun disisi lain ada lo manfaatnya. Hal baik lebih mudah muncul dari sisi kita sebagai pelaku namun hal buruk adalah orang lain yang menilainya. Alangkah bijaksananya kita jika kita termasuk orang yang selalu berfikir obyektif dengan selalu melihat sesuatu dari dua sisi yang berbeda. Ok skrg saya akan mencoba lari keakar permasalahan ini. Saya bukan mencoba membela oknum yang tidak bertanggung jawab itu yang selalu merusak citra demo itu sendiri namun saya akan mencoba mencari jawaban atas ketakutan saya mengapa ini semua bisa terjadi.

Kenapa si demo muncul? kita ambil contoh dulu, jika sobat tinggal di Inggris, Ratu Elizabeth mengeluarkan peraturan bahwa sobat harus membayar pajak sebesar 75% dari penghasilan sobat demi menyelamatkan Keuangan Negara padahal nyata2 uang itu dipergunakan bukan untuk kepentingan rakyat tapi golongan tertentu dan itu sangat memberatkan sobat dan keluarga sobat, apa sobat akan memilih untuk diam dan berpikir yah sudah jalani ikhlaskan saja?. Apa yang sobat butuhkan saat itu? Berbicara dengan ratu Elizabeth dan meminta beliau membatalkan kebijakan itu karena hal itu sangat memberatkan bukan?. Lalu saya bertanya bagaimana bisa kita bertemu langsung dengan Ratu Elizabeth padahal kita bukan siapa2, kita kaum lusuh, miskin, dan kurang berpendidikan bisa berbuat apa selain menangis kelaparan?. Caranya yaitu dengan demonstrasi.

Ya, dari contoh diatas demo itu bisa dikatakan terkadang adalah perlu untuk sebagian sobat yang menjadi kelompok yang jelas-jelas menjadi imbas dari ketidakadilan. Lalu ditengah-tengah permasalahan itu ada sekelompok orang yang bertujuan mau datang dan mendengarkan keluhan sobat. Lalu orang-orang tersebut menyampaikan lewat demo kemudian Ratu mendengar keluhan dari sobat dan atau bertemu dengan Ratu Elizabeth untuk mendengarkan pendapat kelompok sobat tersebut sehingga pendapat sobat tersebut menjadi bahan perimbangan untuk menentukan kebijakan baru, apakah menurut sobat usaha orang yang mencoba menbantu tersebut adalah salah? Jelas itu tidak selamanya salah bukan. Tapi pasti ada sekelompok lain yang bertentangan dengan sobat yaitu mereka yang akan dirugikan jika Ratu Elizabeth membatalkan kewajiban pajak 75%. Begitulah resiko menjadi negeri yang demokratis J.

Baiklah sekarang  kita ambil beberapa poin dari cerita diatas yaitu :
“Dari sumber menghasilkan masalah, dari masalah mengakibatkan adanya protes, protes menghasilkan adanya solusi, dari solusi pasti ada langkah dan tindakan, yang tindakan tersebut dapat menyebabkan adanya perubahan pada sumber sehingga masalah akan terselesaikan atau sebaliknya bahkan bertambah”.
Jika kita aplikasikan :
“Kebijakan adalah sumber, kebijakan itu pasti ada sesuatu yang merugikan untuk sekelompok atau semua orang, yang kemudian sekelompok orang itu melakukan penyampaian pendapat atau protes baik secara langsung sendiri atau dengan bantuan orang-orang yang peduli dan atau berkepentingan didalamnya, pembuat kebijakan akan mendengar protes, protes yang datang menghadirkan solusi baru, solusi baru mempengaruhi keputusan pada penetapan kebijakan, terakhir kebijakan bisa diubah atau tidak. Peran demo disini berada diantara kebijakan dan hasil/keputusan.”
Sehingga demo berperan penting dalam penetapan kebijakan karena hanya lewat demo-lah sekelompok orang yang bukan siapa-siapa itu bisa mengeluarkan pendapatnya dan dapat didengar oleh pembuat kebijakan sehingga jelas mempengaruhi kebijakan tersebut.

Jadi didalam kegiatan bodoh yang disebut demo yang tidak ada gunanya itulah sebenarnya peran semua kalangan bisa masuk. Bukan hanya pemerintah sebagai pembuat kebijakan sendiri tapi proses pengawasan dari masyarakat harus berjalan jika ingin keadilan dan kebajikan atas setiap kebijakan itu tersampaikan kesemua masyarakat. Demo harus memiliki alur kerja yang jelas, karena dia bertindak sebagai protes yang harus berisi solusi dan memiliki tindakan yang nyata dan jelas guna kebaikan bersama. Demo bukan kegiatan anarkis yang serta merta dan sekonyong-konyong hadir tanpa memiliki tujuan.

Saya ingat semasa kuliah dulu, ada banyak langkah yang kami lakukan sebelum demo itu patut atau tidaknya dilaksanakan.
Pertama, adanya kebijakan baru yang menimbulkan masalah. Kedua, masalah atau isu tersebut kemudian kami sebar ke kalangan mahasiswa lain untuk menanyakan apakah kebijakan itu baik atau tidak, kemudian hasil aspirasi yang masuk ditampung menjadi satu dan digodok dalam suatu kelompok kecil apa si kurang dan lebihnya kebijakan tersebut, apa solusinya jika memang itu perlu dirubah?. Ketiga, jika dinyatakan patut untuk disampaikan, kemudian berangkat ke jajak pendapat melalui kelompok yang lebih besar dengan mengundang seluruh kalangan, disini pendapat para ahli dan banyak kalangan akan lebih banyak didapat, debat ini akan menentukan layak atau tidaknya demo ini terlaksana. Keempat, penetapan kepanitiaan, ada yang bertugas menyebarkan isu kembali kemasyarakat untuk menarik massa. Ada yang bertugas mencari anggaran, susah kan? Malah terkadang ada lo beberapa demonstrasi yang anggarannya benar-benar berasal dari kantong mereka sendiri secara sukarela, jadi gak semua mahasiswa demo itu tujuannya buruk kok, kalau sobat coba pikirkan apa sih gunanya untuk mereka sudah panas, haus, lapar, masih disuruh bayar?. Selain itu ada juga yang bertugas mengurus perizinan, ada yang bertugas sebagai konsumsi, ada yang bertugas sebagai kebersihan, layaknya suatu organisasi atau event dilaksanakan. Yang paling penting adalah ada yang bertugas sebagai ketua dan juru bicara dalam demo itu sendiri.

Ya itu persis dengan suatu organisasi atau pelaksanaan event memang. Banyak hal buruk yang bisa masuk kedalam proses panjang yang mencoba menggodok patut atau tidaknya protes itu dilaksanakan melalui sebuah demo!. Tapi sebaliknya, jika demo itu terlaksana dengan baik sehingga didengar oleh pembuat kebijakan dan dapat menjadi suatu solusi dan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas bukankan itu adalah suatu hal yang sangat bermanfaat?. Ah organisasi lagi, mahasiswa lagi, buktinya mereka mempertontonkan demo yang anarkis dan seperti tidak berpendidikan?. Itu bukan demonstrasi, itu kegiatan anarkis dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Dan itu bukan sepenuhnya kesalahan mereka, kita ikut andil didalamnya teman, larinya kita semua orang2 cerdas yang peduli terhadap masyarakat ini yang menjadikan ruang itu sekarang bersisa sekumpulan oknum muda yang pintar namun mudah tersulut emosi. Jajak pendapat sebelum dilangsungkannya demo hanya bersisa orang-orang kalangan kecil dan syarat akan kepentingan politis sekolompok lainnya sehingga terlaksananya demo akan lebih mudah menjadi kata sepakat tanpa ada oposisi. Intinya mudah terlaksananya demo yang asal demo J.

Padahal melaksanakan demonstrasi itu sangatlah tidak mudah. Satu yang masih membuat saya penasaran sampai saat ini adalah metode demonstrasi bersih dan sangat rapi jauh dari kerusuhan yang selalu dilakukan oleh salah satu partai putih yang sedang terkena kasus korupsi daging berjamaah. Itu salah satu contoh demo yang baik menurut pendapat saya, tapi jangan ikutan andil didalam dagingnya ya?. Sebenarnya ada beberapa kemungkinan dalam demonstrasi.
Pertama, saat orasi, jika pembuat kebijakan sensitif dan peka biasanya ada yang langsung dipanggillah juru bicara dan ketua demo itu untuk masuk dan duduk bersama dimeja, menerima aspirasinya, kemudian massa akan membubarkan diri dengan rapi. Kedua : saat orasi mereka tidak didengarkan oleh pembuat kebijakan terkadang strategi ini memang diambil yaitu “saling dorong” dengan petugas keamanan. Eits, jangan dianggap ini anarkis, ini bukan kekerasan, saling dorongnya pun ada teknik khusus agar tidak menciderai kedua belah pihak, kemanannya pun seharusnya sudah sangat tahu teknik ini karena sudah biasa dipakai memang untuk memaksa pembuat kebijakan segera mengambil keputusan untuk memanggil ketua dan juru bicara demonstrasi sendiri untuk masuk dan berdiskusi selanjutnya mereka membubarkan diri.

Sejauh yang saya ketahui, demo itu ada rule dan sopan santunnya. Kerasnya pun layaknya olahraga ekstrim, ada teknik khusus karena yang harus kita ingat, demo itu kan wujud protes yang akan memberikan solusi, tidak ada acara lempar batu, merobohkan pagar, merusak fasilitas umum, atau memblokir jalan raya. Saya pernah dengar memang ada sebagian strategi yang memperkenankan pendemo melakukan kekerasan yang sedikit ekstrim, tujuannya adalah sama yaitu menekan pembuat kebijakan agar memanggil juru bicara mereka agar dapat berdiskusi dan menyampaikan aspirasinya secara langsung, tapi saya salah satu yang ikut menentang strategi ini.

Banyaknya orang memang menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan demonstrasi. Akan sangat banyak sekali celah untuk oknum tidak bertanggung jawab yang dapat masuk kedalam barisan dan menjadi otak dari kerusuhan. Satu saja orang masuk dalam barisan dan semisalnya berteriak kasar dan melempar batu bisa memecahkan kerusuhan yang besar dikelompok itu. Karena saat-saat demonstrasi adalah saat-saat kristis dan underkontrol karena setiap individu sedang berada didalam titik nadir dari puncak emosi. Panas terik matahari, lapar, dan dahaga, apalagi mereka muda, membuat sedikit saja ada cela dari oknum diluar kegiatan yang sengaja membuat rusuh dapat menyulut emosi semuanya. Nah kan, jadi kok semakin gak perlu saja kegiatan ini?. Lalu gimana cara mengatasinya? Umumnya untuk kelompok cerdas yang tertib saat berdemo selalu menugaskan beberapa tim keamanan untuk menjadi pengawas selama demo berlangsung. Tujuannya apa? Dia akan terus memperhatikan anggotanya. Jangan sampai ada oknum yang tidak berkepentingan masuk kedalam rombongan dan menjadi otak dari kerusuhan. Mudahnya mereka akan membawa tali rafia mengikatkan keliling rombongan supaya jika ada yang ingin masuk dari luar mereka segera menyadarinya.

Ketakutan saya lantas semakin terfokus pada kehilangan orang-orang yang sangat berperan penting demi negara ini. Orang-orang cerdas, memiliki pengetahuan yang luas, oyektif, memiliki kontrol emosi yang baik, dan peduli terhadap kemaslahatan orang lain menjadi semakin lari jauh dan memendam benci atas demonstrasi. Padahal yang akan menentukan layak atau tidaknya sesuatu itu untuk diangkat menjadi demo itu adalah forum besar dan pendapat dari mereka. Saat kita semua mulai apatis dan kurang peduli ini lah yang sangat saya takutkan. Kita akan lari jauh dan menyisakan orang-orang yang kurang peduli, orang pintar tapi memiliki ego serta kurang dapat mengontrol emosi didalam pelaksanaan kegiatan ini.

Sisalah kegiatan ini menjadi layaknya suatu event untuk pemuasan hasrat sekelompok orang saja. Padahal jika kita coba perhatikan, sebagian pejabat tinggi kita berasal dari sekelompok orang-orang itu yang selalu memperjuangkan aspirasi rakyat kecil dan lebih dekat dengan mereka. Saya takut kehilangan peran kita semua sobat, saya takut jika kita semua terus diam, tidak peduli dan apatis terhadap kegiatan ini maka tinggalah orang-orang sangat pintar namun kurang bertanggung jawab yang akan terus menguasai panggung reformasi itu. Saya tidak meminta diri saya dan sobat untuk ikut berdemo secara radikal dan diluar batas. Tidak meninggalkan tujuan utama kita untuk kuliah dan berprestasi untuk negeri. Hanya saja mari mencoba berbicara dan mendekat kepada mereka (para pendemo radikal) dan kita kalahkan argumen mereka. Argumen yang digunakannya untuk dapat mengangkat setiap masalah dari suatu kebijakan menjadi layak untuk ditunjukkan pada panggung reformasi. Terakhir mari kita bangkit untuk bubarkan demonstrasi! *Jika memang itu layak :)

Sekian dan salam. 

No comments:

Post a Comment